BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Setiap orang pasti mempuyai keinginan suatu kehidupan yang  berkecukupan, bahkan kalau mungkin berlebihan. Keinginan-keinginan itu adalah normal. Semua orang pasti menginginkan status dan kedudukan yang lebih tinggi dari yang pernah di capai oleh orang tua mereka. Seperti halnya ketika kita bertanya pada anak-anak tentang apa yang mereka cita-citakan mereka pasti akan mengatakan apa yang mereka cita-citakan dan pastinya cita-cita tersebut berada di atas status atau kedudukan orang tua dari anak tersebut, dimana kedudukan atau status yang di inginkan adalah yang berkonotasi yang baik.
Di dalam masyarakat apa yang di cita-citakan, keinginan ataupun impian dari seseorang untuk masa depan meraka tidak selalu belhasil atau gagal, namun ada juga yang berhasil. Dalam peruses perjalan hidup seseorang tidaklah selalu mulus akan ada banyak hambatan dalam mencapai keberhasilan tetapi seseorang yang bersungguh-sungguh dalam berusaha dan doa maka akan mendapatkan kemudahan dalam mencapai keberhasila. Dapat kita lihat sama halnya dengan mobilitas sosial yang didalam tedapat dampak dan keuntunggannya, adanya konsekuensi yang harus di tanggung dan manfaat yang bisa di ambil, dalam segala hal pasti aka nada tahapan-tahpan yang harus di tempuh.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena keinginan untuk pencapaian status sosial yang lebih tinggi maupun pencapaian penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hiudp. Namun pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial turun tanpa direncanakan yang dapat menurunkan status dan penghasilan seseorang. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dan menjabarkan tentang Mobilitas Sosial.
B.         Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian mobilitas sosial?
2.     Apa jenis-jenis mobilitas social?
3.     Apa faktor-faktor pendorong mobilitas sosial?
4.     Apa faktor-faktor penghambat mobilitas sosial?
5.     Apa konsekuensi dari saluran mobilitas?
6.     Apa saluran-saluran mobilitas sosial?
7.     Apa perbedaan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
C.        Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui pengertian mobilitas sosial?
2.     Untuk mengetahui jenis-jenis mobilitas social?
3.     Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong mobilitas sosial?
4.     Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat mobilitas sosial?
5.     Untuk mengetahui konsekuensi dari saluran mobilitas?
6.     Untuk mengetahui saluran-saluran mobilitas sosial?
7.     Untuk mengetahui perbedaan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa








BAB II
PEMBAHASAN
A.        Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial atau gerakan masyarakat, mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu dari kata movere yang artinya memindahkan atau berpindah, sedangkan dalam bahasa inggris mobilitas berasal dari kata mobility yang artinya gerakan. Sosial sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita hubungkan atau kita kaitkan dengan manusia dan masyarakat sehingga sosial dapat di artikan masyarakat. Mobilitas sosial adalah suatu  gerakan atau  pola-pola yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
B.         Jenis-jenis Mobilitas Sosial 
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua jenis mobilitas sosial, yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas social vertical dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas social antarwilayah (geografis) dan mobilitas antargenerasi.
1.      Mobilitas vertikal
Mobilitas Vertikal: adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama:
·         Mobilitas vertikal keatas
·         Mobilitas vertikal ke bawah
a.      Mobilitas vertical ke atas (Sosial Climbing)
 Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
·         Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah. 
·         Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada. Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik. 
Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :
·         Melakukan peningkatan prestasi kerja 
·         Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi
b.      Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya. Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
·         Turun nya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya. 
·         Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh Tim Juventus terdegradasi ke seri B. 
Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:
·         Berhalangan tetap atau sementara.
·         Memasuki masa pensiun. 
·         Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari jabatannya. 
2.      Mobilitas horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya. 
Mobilitas social horizontal dibedakan dua bentuk :
·         Mobilitas social antar wilayah/ geografis Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.Cara untuk melakukan mobilitas sosial 
·         Mobilitas antargenerasi Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi. 

C.        Faktor Mobilitas Sosial
1.     Faktor Fendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktural, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua faktor individu, dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor kemujuran.
a.    Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
b.   Struktur Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor formal dan sektor informal. Kedua sektor tersebut tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, di mana sektor fomal memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan yang tinggi sedangkan sektor informal lebih banyak memiliki kedudukan yang rendah dan sedikit berstatus tinggi. Perbedaan aktivitas ekonomi ini jelas akan mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat yang terlibat di dalamnya. .
c.    Ekonomi Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial, bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan menentukan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah bahwa jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menetukan gaya dan wajah masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu ketiga unsur ini, dalam kaitan satu dengan yang lainnya dapat disebut sebagai sistem sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat yang bersangkutan.
2.     Penunjang dan Pengambat Mobilitas
Anak-anak yang berasal dari kelas sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman belajar yang lebih menunjang mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial rendah. Para sarjana teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi, “jaringan hubungan antar teman (merupakan jaringan hubungan antara teman-teman dekat dalam suatu jenis profesi atau dunia usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan rekomendasi menyangkut kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orang-orang luar” untuk dapat menerobosnya), dan deskriminasi terang-terangan terhadap kelompok ras maupun kelompok etnik minoritas, serta orang-orang dari kelas sosial rendah untuk melakukan mobilitas naik.
Di lain pihak, fakor penghambat tersebut juga menutup kemungkinan terjadinya mobilitas menurun bagi kelompok orang dari kelas sosial atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula faktor penunjang mobilitas yang bersifat struktural, sebagai misal adanya undang-undang anti deskriminasi, munculnya lembaga-lembaga latihan kerja baik yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor penunjang penting untuk terjadinya mobilitas naik bagi banyak orang dari status sosial rendah.
a.    Faktor Individu
Perbedaan Kemampuan individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial. 
Perbedaan Perilaku yang dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah suatu pandangan atau orientasi sikap individu terhadap mobilitas. Perbedaan orientasi sikap individu terhadap mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu pendidikan, kesenjangan nilai, kebiasaan kerja, pola penundaan kesenangan, kemampuan “cara bermain”, dan pola kesenjangan nilai.
b.   Pendidikan
Pendidikan merupakan tangga mobilitas yang utama. Walaupun kadar penting tidaknya pendidikan pada semua jenjang pekerjaan tidaklah sama. Untuk jabatan-jabatan karir seperti dokter, guru, ahli hukum, dan sebagainya, peran pendidikan sangatlah menunjang. Tetapi latar belakang pendidikan seseorang mungkin tidak diperlukan untuk karir-karir sebagai olahragawan, seniman penghibur, dan lain-lain. Namun yang pasti peran pendidikan disini lebih menekankan pada upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang untuk menyalurkan dan memanfatkan informasi sebagaimana yang diperlukan.
c.    Kebiasaan Kerja
Kebiasaan kerja seseorang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan dan masa depan seseorang. Meskipun kerja keraslah tidaklah menjamin terjadinya mobilitas naik, namun tidaknlah banyak orang yang dapat mengalami mobilitas naik tanpa adanya kerja keras.
d.   Pola Penundaan Kesenangan
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian-bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ini merupakan suatu pepatah yang menggambarkan pola penundaan kesenangan. Sebagai contoh: para siswa yang lebih tekun membaca buku dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, daripada bermain atau membuang waktu. Kunci daripada pola penundaan kesenangan adalah adanya perencanaan untuk masa depan dan adanya keinginan yang kuat untuk merealisasikan rencana tersebut.
e.    Kemampuan “Cara Bermain”
 “Cara bermain” dan atau seni “penampilan diri” mempunyai peran penting dalam mobilitas naik. Bagaimana menjadi orang yang sangat disenangi dan dapat diterima oleh lingkungannya; bagaimana menjadi orang yang dapat bekerjasama dengan orang lain. Ini semua mungkin merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan penampilan diri secara positif bukanlah berarti meremehkan kemampuan,  namun justru melalui penampilan diri merupakan sarana/media yang dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan kemampuan.
f.     Pola Kesenjangan Nilai
Pola kesenjangan nilai merupakan suatu perilaku dimana seseorang mempercayai segenap nilai yang diakui, tetapi tidak melakukan upaya untuk mencapai sasarannya atau mengakui kesalahan pribadi sebagai penyebab kegagalannya dalam mencapai sasaran. Orang semacam ini mereka yang tidak menyadari bahwa pola perilakunya tidak searah dengan tujuannya. Sebagai contoh: hampir semua orang tua menginginkan anak-anaknya mempunyai prestasi yang baik di sekolah, tetapi mereka mengabaikan nasihat-nasihat guru dan tidak menekankan agar anak-anaknya belajar dengan baik di rumah.
D.        Dampak Mobilitas Sosial
Adapun dampak yang ditimbulkan dari mobilitas sosial adalah:  
1.   Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi  agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi.

2.   Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik yang mungkin terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Sehingga akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok.
E.         Saluran Mobilitas Sosial
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial  mempunyai saluran-saluran yang disebut social circulation sebagai berikut:
1.       Angkatan bersenjata (tentara); terutama dalam masyarakat yang dikuasai oleh sebuah rezim militer atau dalam keadaan perang. Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasanya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.
2.       Lembaga keagamaan. Contohnya tokoh organisasi massa keagamaan yang karena reputasinya kemudian menjadi tokoh atau pemimpin di tingkat nasional.
3.       Lembaga pendidikan. Pendidikan  baik formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
4.       Organisasi Politik. Seorang anggota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif.
5.       Perkawinan; melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi anggota kelas bangsawan. Status sosial seseorang yang bersuami/beristerikan orang ternama atau menempati posisi tinggi dalam struktur sosial ikut pula memperoleh penghargaan-penghargaan yang tinggi dari masyarakat.
6.       Lembaga Keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat.
7.       Organisasi Ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
8.       Organisasi keolahragaan. Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi









BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
1.            Mobilitas sosial dapat di artikan suatu gerakan atau perpindahan individu  dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lainnya dalam masyarakat. Dimana kedudukan yang baru dapat menjadi kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah.Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun ekstern.
2.            Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktural, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua faktor individu, dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor kemujuran.
3.            Adapun dampak yang ditimbulkan dari mobilitas sosial adalah:  dampak positif (bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi  agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi) dan dampak negatif (setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa konflik).
4.            Menurut Jocobus Ranjabar, perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur masyarakat yang berjalan dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial.
5.            Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial : penemuan-penemuan baru, struktur sosial (perbedaan posisi dan fungsi dalam masyarakat), inovasi, perubahan lingkungan hidup dan ukuran penduduk dan komposisi penduduk.
6.            Faktor-faktor yang menghambat perubahan sosial : kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang tradisional, prasangka terhadap hal-hal baru atau asing (sikap tertutup), hambatan-hanbatan yang bersifat ideologis dan masyarakat yang bersifat apatis.
B.         Saran
Demikian pembahasan makalah yang dapat kami susun. Pemakalah menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan. Karenanya, sudilah kiranya pembaca budiman berkenan memberikan saran guna perbaikan makalah ini kedepannya. 



DAFTAR PUSTAKA

Amal Taufiq dkk. 2013. Pengantar Sosiologi, Surabaya: CV. Mitra Media Nusantara.
Elly M Setiadi. 2011.Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Jocobus Ranjabar. 2001. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial. Bandung: Alfabeta.
Paul B. Horton ; Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Edisi Ke-6. Jilid 2.
Soerjono Soekanto. 1986.  Sosiologi Sebuah Pengantar. Edisi ke-2. Jakarta : Rajawali Pers. 
https://autoratio.com/ajFBjys92C

Post a Comment

Previous Post Next Post